Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 28 Juli 2012

Kesempurnaan dalam Puasa Ramadhan

Sabtu, 28 Juli 2012
- Reviewer: OKE | ItemReviewed: Kesempurnaan dalam Puasa Ramadhan | Description: Kesempurnaan dalam Puasa Ramadhan Rating: 4.5


Kesempurnaan dalam Puasa Ramadhan [DuniaQ Duniamu]







  • Makanlah sahur, sehingga membantu kekuatan
    fisikmu selama berpuasa; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
    “Makan sahurlah kalian, sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat berkah. ”
    HR.’Al-Bukhari dan Muslim)



  • “Bantulah (kekuatan fisikmu) untuk berpuasa di
    siang hari dengan makan sahur, dan untuk shalat malam dengan tidur siang ” (HR.
    Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya)



  • Akan lebih utama jika makan sahur itu
    diakhirkan waktunya, sehingga mengurangi rasa lapar dan haus. Hanya saja harus
    hati-hati, untuk itu hendaknya Anda telah berhenti dari makan dan minum
    beberapa menit sebelum terbit fajar, agar Anda tidak ragu-ragu.



  • Segeralah berbuka jika matahari benar-benar
    telah tenggelam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :



  • “Manusia senantiasa dalam kebaikan, selama
    mereka menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur . ” (HR. Al-Bukhari,
    I\luslim dan At-Tirmidz)



  • Usahakan mandi dari hadats besar sebelum
    terbit fajar, agar bisa melakukan ibadah dalam keadaan suci.



  • Manfaatkan bulan Ramadhan dengan sesuatu yang
    terbaik yang pernah diturunkan didalamnya, yakni membaca Al-Qur’anul Karim.
    Sesungguhnya Jibril ‘alaihis salam pada setiap malam di bulan Ramadhan selalu
    menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk membacakan Al-Qur’an baginya.
    (HR. AL-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu).Dan pada diri
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ada teladan yang baik bagi kita.



  • Jagalah lisanmu dari berdusta, menggunjing,
    mengadu domba, mengolok-olok serta perkataan mengada-ada. Rasulullah
    shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:



  • “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan
    perbuatan dusta maka Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan minum.”
    (HR. Al-Bukhari)



  • Hendaknya puasa tidak membuatmu keluar dari
    kebiasaan. Misalnya cepat marah dan emosi hanya karena sebab sepele, dengan
    dalih bahwa engkau sedang puasa. 
    Sebaliknya, mestinya puasa membuat jiwamu
    tenang, tidak emosional. Dan jika Anda diuji dengan seorang yang jahil atau
    pengumpat, jangan Anda hadapi dia dengan perbuatan serupa. Nasihati dan
    tolaklah dengan cara yang lebih baik. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
    bersabda:



  • “Puasa adalah perisai, bila suatu hari
    seseorang dari kama beupuasa, hendaknya ia tidak berkata buruk dan
    berteriak-teriak. Bila seseorang menghina atau mencacinya, hendaknya ia berkata
    ‘Sesungguhnya aku sedang puasa” (HR. Al- Bukhari, Muslim dan para penulis kitab
    Sunan)



  • Harus lebih sabar, syukur, dan ihklas



  • Ucapan itu dimaksudkanagar ia menahan diri dan
    tidak melayani orang yang mengumpatnya Di samping, juga mengingatkan agar ia
    menolak melakukan penghinaan dan caci-maki.



  • Hendaknya Anda selesai dari puasa dengan
    membawa taqwa kepada Allah, takut dan bersyukur pada-Nya, serta senantiasa istiqamah
    dalam agama-Nya. Hasil yang baik itu hendaknya mengiringi Anda sepanjang tahun.
    Dan buah paling utama dari puasa adalah taqwa, sebab Allah berfirman : “Agar
    kamu bertaqwa. “(Al-Baqarah: 183)



  • Jagalah dirimu dari berbagai syahwat
    (keinginan), bahkan meskipun halal bagimu. Hal itu agar tujuan puasa tercapai,
    dan mematahkan nafsu dari keinginan. Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu
    berkata : “Jika kamu berpuasa, hendaknya berpuasa pula pendengaranmu,
    penglihatanmu dan lisanmu dari dusta dan dosa-dosa, tinggalkan menyakiti
    tetangga, dan hendaknya kamu senantiasa bersikap tenang pada hari kama beupuasa
    jangan pula kamu jadikan hari berbukamu sama dengan hari kamu berpuasa.”



  • Hendaknya makananmu dari yang halal. Jika kamu
    menahan diri dari yang haram pada selain bulan Ramadhan maka pada bulan
    Ramadhan lebih utama. Dan tidak ada gunanya engkau berpuasa dari yang halal,
    tetapi kamu berbuka dengan yang haram.



  • Perbanyaklah bersedekah dan berbuat kebajikan.
    Dan hendaknya kamu lebih baik dan lebih banyak berbuat kebajikan kepada
    keluargamu dibanding pada selain bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
    wasallam adalah orang yang paring dermawan, dan beliau lebih dermawan ketika
    bulan Ramadhan.



  • Ucapkanlah bismillah ketika kamu berbuka
    seraya berdo’a :”Ya Allah, karena-Mu aku berpuasa, dan atas rezki-Mu aku
    berbuka. Ya Allah terimalah daripadaku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi
    Maha Mengetahui “(44) (Lihat Mulhaq (bonus) Majalah Al WaLul Islami bulan
    Ramadhan, 1390 H.hlm.38-40.)



  • Memperbanyak melakukan berbagai macam ibadah.
    Jibril’alaihis salam senantiasa membacakan Al-Qur’anul Karim untuk beliau pada
    bulan Ramadhan; beliau juga memperbanyak sedekah, kebajikan, membaca
    Al-Qur’anul Karim, shalat, dzikir, i’tikaf dan bahkan beliau mengkhususkan
    beberapa macam ibadah pada bulan Ramadhan, hal yang tidak beliau lakukan pada
    bulan-bulan lain.



  • Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyegerakan
    berbuka dan menganjurkan demikian, beliau makan sahur dan mengakhirkannya,
    serta menganjurkan dan memberi semangat orang lain untuk melakukan hal yang
    sama. Beliau menghimbau agar berbuka dengan kurma, jika tidak mendapatkannya
    maka dengan air.



  • Nabi’shallallahu ‘alaihi wasallam melarang
    orang yang berpuasa dari ucapan keji dan caci-maki. Sebaliknya beliau
    memerintahkan agar ia mengatakan kepada orang yang mencacinya, “Sesungguhnya
    aku sedang puasa.”



  • Jika beliau melakukan perjalanan di bulan
    Ramadhan, terkadang beliau meneruskan puasanya dan terkadang pula berbuka. Dan
    membiarkan para sahabatnya memilih antara berbuka atau puasa ketika dalam
    perjalanan. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mendapatkan fajar dalam
    keadaan junub sehabis menggauli isterinya maka beliau segera mandi setelah
    terbit fajar dan tetap berpuasa.



  • Termasuk petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi
    wasallam adalah membebaskan dari qadha’ puasa bagi orang yang makan atau minum
    karena lupa, dan bahwasanya Allahlah yang memberinya makan dan minum.



  • Dan dalam riwayat shahih disebutkan bahwa
    beliau bersiwak dalam keadaan puasa. Imam Ahmad meriwayatkan bahwasanya
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menuangkan air di atas kepalanya dalam
    keadaan puasa. Beliau juga melakukan istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung)
    serta berkumur dalam keadaan puasa. Tetapi beliau melarang orang berpuasa
    melakukan istinsyaq secara berlebihan. (Lihat kitab Zaadul Ma’ad fi Hadyi
    Khairil ‘Ibaad, I/320-338 )



  • Puasa yang disyari’atkan adalah puasanya
    anggota badan dari dosa-dosa, dan puasanya perut dari makan dan mimum.
    Sebagaimana makan dan minum membatalkan dan merusak puasa, demikian pula halnya
    dengan dosa-dosa, ia memangkas pahala puasa dan merusak buahnya, sehingga
    memposisikannya pada kedudukan orang yang tidak berpuasa.



  • Karena itu, orang yang benar-benar berpuasa
    adalah orang yang puasa segenap anggota badannya dari melakukan dosa-dosa; lisannya
    berpuasa dari dusta, kekejian dan mengada-ada; perutnya berpuasa dari makan dan
    minum; kemaluannya berpuasa dari bersenggama.



  • Bila berbicara, ia tidak berbicara dengan
    sesuatu yang menodai puasanya, bila melakukan suatu pekerjaan ia tidak
    melakukan sesuatu yang merusak puasanya. Ucapan yang keluar darinya selalu
    bermanfaat dan baik, demikian pula dengan amal perbuatannya. Ia laksana wangi
    minyak kesturi, yang tercium oleh orang yang bergaul dengan pembawa minyak
    tersebut. Itulah metafor (perumpamaan) bergaul dengan orang yang berpuasa, ia
    akan mengambil manfaat dari bergaul dengannya, aman dari kepalsuan, dusta,
    kejahatan dan kezhaliman.



  • Dalam hadits riwayat Imam Ahmad disebutkan :
    “Dan sesungguhnya ban (mulut) orang puasa itu lebih harum di sisi AIlah
    daripada aroma minyak kesturi. “(HR. At-Tirmidzi dan ia berkata, hadits hasan
    shahih gharib).



  • Inilah puasa yang disyari’atkan. Tidak sekedar
    nahan diri dari makan dan minum. Dalam sebuah menahan diri dari makan dan
    minum”. Dalam hadits shahih disebutkan : “Barangsiapa tidak meninggalkan
    perkataan dan perbuatan dusta serta kedunguan maka Allah tidak butuh terhadap
    puasanya dari makan dan minum .(HR. Al-Bukhari, Ahmad dan lainnya)



  • Dalam hadits lain dikatakan : Betapa banyak
    orang puasa, bagian dari puasanya (hanya) lapar dan dahaga. ” (HR. Ahmad,
    hadits hasan shahih) (Dan ia menshahihkan hadits ini.)

































































0 komentar:

Posting Komentar

 

ID Blogger

Blogger